Metamorforce

The Guard of Nature

Oleh Indra YY
Setelah sukses mengadakan kegiatan “Susur Pantai 1” dari desa Tanggul Angin kecamatan Ambal sampai pantai Suwuk kecamatan Ayah pada hari Kamis 27 Desember 2012, Kami berencana untuk mengadakan kegiatan serupa dari desa Karangbolong  Kecamatan Buayan sampai Pantai Logending Kecamatan Ayah pada tanggal 1 Januari 2013. Memang tidak bisa dikatakan sebagai susur pantai karena medan yang akan kami lalui bukan berupa pantai, melainkan jalan raya yang menanjak dan menurun didekat pantai. Namun rencana tersebut tidak bisa terlaksana karena berbagai sebab, diantaranya adalah beberapa peserta masih kecapekan karena waktu pelaksanaannya sangat berdekatan dengan kegiatan susur pantai 1, ada yang bertepatan dengan kegiatan lain di organisasinya, ada yang mengikuti acara keluarga, dan ada juga yang tidak mendapat ijin dari orang tuanya. Sebenarnya agak kecewa juga sih acara itu tidak terwujud, tapi tidak apa-apa, toh tidak semua kegiatan yang direncanakan harus dapat dilaksanakan saat itu juga, itung-itung mengistirahatkan tubuh, memulihkan stamina, dan tentu saja memulihkan kehitaman kulit setelah dijemur selama susur pantai 1, hehe....
Sore tanggal 31, aku dan inisiator komunitas yang lain (waktu itu nama komunitas belum ada) berdiskusi untuk menindaklanjuti rencana akan diadakannya reboisasi, dari diskusi itu muncul ide untuk mengadakan survey lokasi sebelum diadakan reboisasi. Saat itu memang beredar beberapa usulan untuk mengadakan reboisasi di beberapa tempat, namun itu hanya sebatas usulan, sementara lokasinya belum pernah disurvey. Akhirnya disepakati esok hari tanggal 1 Januari 2013 akan diadakan survey lokasi reboisasi. Untuk mengadakan survey ini dikontaklah beberapa anggota komunitas yang dipandang siap untuk mengikuti survey.  
Pagi harinya sekitar pukul 07.30 para peserta survey telah berkumpul ditempat parkir sekolah mendiskusikan beberapa lokasi yang akan disurvey. Akhirnya dipilihlah lokasi yang paling selatan yaitu sekitar desa Banyumudal. Sebenarnya desa ini tidak asing bagiku, Aku sering melintasi jalur ini, hanya saja aku tidak tahu kalau di Desa ini ada darah yang perlu direboisasi. 
Segera saja kami 6 orang meluncur menggunakan 3 buah motor ke lokasi di desa Banyumudal yang berada di daerah sedikit berkapur dan terlihat seperti lembah (anggap saja begitu) kecil bekas pebukitan yang tanahnya dikeruk, mungkin diambil untuk proyek pengurukan. Sebelah selatan terdapat tebing batu yang terlihat cocok untuk berlatih panjat tebing (saat itu aku berpikir komunitas ini latihan memanjat tebing disini), sedangkan sebelah timur lembah terdapat dinding tebing dari tanah. Memang disitu, terutama di daerah lembah, jarang terlihat pepohonan, termasuk di bagian atas tebing, tetapi tentu saja bisa dimaklumi karena daerah tersebut merupakan daerah berbatu. Sesaat aku bingung lokasi mana yang perlu direboisasi, apakah mungkin daerah itu cocok untuk ditanami pohon?
Akhirnya daripada bingung segera kutaruh motorku disemak-semak terus menuju tebing sebelah timur, kulepas sandal, kusingsingkan celana panjangku, terus naik keatas tebing tanah untuk melihat siapa tahu didaerah atas atau dibalik bukit itu terdapat daerah yang cocok untuk ditanami pepohonan. Tidak peduli kaki belepotan tanah karena semalam tanah baru saja disiram hujan atau menginjak duri. Peserta lainpun segera mengikuti.
Sesampainya diatas tebing aku dan peserta lain berkeliling meninjau lokasi. Memang benar adanya, didaerah itu tidak begitu cocok untuk ditanami, terbukti pohon yang ada disitu tidak begitu baik pertumbuhannya, tanahnya berbatu, dan kemungkinan dimusim kemarau kesulitan air. Kamipun mengalihkan perhatian di daerah sekitar lokasi atau dibalik bukit, namun tidak juga ditemukan daerah yang cocok.
Kami berdiskusi sebentar dan memutuskan untuk mengadakan survey ditempat lain. Sebelum survey, dari atas bukit itu kami melihat-lihat ke daerah yang jauh. Ya, pemandangannya memang terlihat indah dari atas. Berbekal ilmu navigasi yang minim atau bahkan mungkin nol, kami berusaha mengidentifikasi tiap daerah yang terlihat, jalan raya, sekolah, tower, dll, terutama kalau melihat daerah yang tidak banyak terdapat tanaman, karena daerah itulah yang akan kami survey.
Akhirnya perhatian kamipun tertuju pada daerah disebelah barat kami, daerah itu terletak diatas bukit dan benar-benar terlihat sangat gundul. Segera aku mengenali daerah itu berada di desa Bumiagung, karena di sebalah utaranya terdapat tower antena TVRI yang terletak diatas terowongan Ijo. Daerah sekitar tower itu memang tidak asing bagiku, karena waktu kecil aku biasa berpetualang dengan teman-teman kesana (lihat tulisanku tentang Hiking). Maka saat itu kami berdiskusi untuk mengadakan survey ke daerah Bumiagung dengan tujuan sebelah selatan terowongan Ijo. Kebetulan daerah yang gundul itu sangat dekat tower Sutet. Tower Sutet inilah yang jadi patokan kami.
Dari banyumudal Kami pun berangkat menuju Bumiagung bukan melalui jalur jalan raya biasa, tetapi melalui desa Nogoraji melewati bukit selatan terowongan Ijo dan tembus ke jalan raya sebalah selatan Stasiun Ijo. Memang sempat salah jalan sih… karena salah info dari peserta survey tentang nama tempat yang dilalui, tapi setelah bertanya sekali dengan penduduk setempat, perjalanan pun kemabali lancar.
Dari stasiun Ijo kami meluncur kearah selatan, penglihatan kami tidak lepas untuk mencari tower Sutet diarah timur yang merupakan daerah perbukitan. Sekitar 700 m dari stasiun, kami pun melihat bukit yang terdapat sutet disana dengan daerah sekitarnya yang sedikit gundul, maka aku pun merasa inilah daerah yang terlihat dari bukit di Banyumudal. Maka kamipun segera menuju kearah sutet itu.
Terus terang saja, aku belum pernah kesana, tapi dengan modal feeling, intuisi, dan sedikit ilmu navigasi alami, aku bisa mengantar peserta survey ke lokasi menggunakan motor. Kebetulan jalan menanjak ke lokasi sudah di beton kanan dan kiri jadi motor bisa naik mendekati lokasi dengan mudah. Tapi begitu mendekati lokasi, jalan sudah tidak dibeton lagi, akhirnya motor harus ditinggal disujung jalan beton, kebetulan disitu ada orang yang sedang duduk-duduk habis bekerja (mungkin habis menebang tebu karena disitu banyak terdapat tebu berserakan), maka motor pun kami titipkan sama orang tersebut, memang aku tidak kenal sih, tapi karena mengandalkan ilmu sosial, aku tidak khawatir motorku di apa-apakan, pokoknya percaya deh…
Kami pun melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menuju lokasi, tidak lama kemudian kami sampai di lokasi yang memang benar-benar seperti yang terlihat sebelumnya, lahan sangat gundul, pohon yang terlihat hanya beberapa pohon kelapa, maka kami pun bertekad untuk mengadakan reboisasi disini. Tidak lama kemudian kami berpapasan dengan dua orang petani separuh baya (memang kalo masih muda kayaknya tidak ada yang terlihat seperti petani y? hehe...). kami pun bertanya tentang lokasi tersebut, alangkah agak kecewanya aku ketika mendengar bahwa lahan yang sedang kami lewati itu adalah lahan yang disewa oleh orang Jogja untuk menanam tebu, dan baru saja di panen sehingga seperti tidak ada tanaman yang tersisa.
Tapi kami tetap melanjutkan perjalanan, mengelilingi lokasi dan memastikan benarkah tanaman yang disitu adalah tebu. Yah…, memang benar adanya. Kami melihat sedikit sisa-sisa tanaman tebu. Pantas saja waktu kami menitipkan motor disitu berserakan daun-daun dan tanaman tebu, waktu itu aku tidak mengira karena di kebumen aku belum pernah melihat tanaman tebu, eh… malah disini ada perkebunan tebu. Tampaknya peserta survey yang lain sudah mulai down, mungkin karena capek, haus, atau putus asa karena belum menemukan tempat untuk reboisasi. Mereka akhirnya minta kelapa muda sama anak-anak yang ada disitu.
Sementara peserta survey yang lain sedang menikmati kelapa muda, aku yang benar-benar penasaran dengan adanya perkebunan tebu di daerah ini mencoba untuk mencari tahu siapa pemiliknya, dan siapa yang menyewa lahan. Aku pun mendekati seorang ibu yang sedang merawat tanaman disawahnya, aku tanya tentang hal itu, dan memang benar info yang kudapat sebelumnya. Tanah itu milik orang Ijo dan disewa oleh orang Jogja selama 10 tahun utnuk ditanami tebu. Yah… pupus sudah harapan kami untuk mengadakan reboisasi di lahan tersebut.
Kami pun melanjutkan perjalanan untuk mencari lokasi lain, kuputuskan untuk berkumpul dan berdiskusi di stasiun Ijo (aku ajak mereka kesana karena aku pingin bernostalgia ketika waktu kecil aku sering berpetualang ke stasiun itu, hehe…sory guys…). Setelah berkumpul kami berdiskusi untuk menentukan lokasi yang akan disurvey selanjutnya. Akupun bertanya pada anggota komunitas yang tidak ikut survey via sms tentang desanya yang terlihat terdapat lahan kosong dari Banyumudal. Namun ternyata didesanya sudah ada program penghijuan dari desa. Pupus lagi harapan kami. 
Tiba-tiba salah satu peserta survey mengusulkan untuk mengadakan survey di daerah Jatiluhur. Maka kamipun segera meluncur kesana. Masuk lewat desa Kretek (perempatan balai desa) ke selatan. Sesampainya di lokasi yang dituju, terlihat bahwa lokasi itu merupakan bekas galian tanah yang awalnya berupa perbukitan. Memang tidak ada satupun pohon disana, agaka cocok juga untuk diadakan reboisasi. Ketika ada seorang petani lewat daerah tersebut, aku menanyakan siapa pemiliki lokasi ini. Ternyata pemiliknya adalah pengusaha terkenal di daerah Kebumen. Aku pun berpikir, kenapa aku harus mengadakan reboisasi di lahannya orang kaya? eman-eman kan? Aku berdiskusi dengan peserta survey yang lain, akhirnya diputuskan lebih baik cari lokasi yang lain saja. Toh saat itu baru sekitar jam 11. Setelah berdiskusi sebentar akhirnya disepakati untuk melakukan survey di daerah wonosigro.
Sekitar dzuhur kami sampai di Wonosigro dan Kami sholat berjam’ah masjid. Sebenarnya sebelum sampai di masjid tempat kami sholat dzuhur, tepatnya di jembatan kami melihat ada daerah yang luas namun tidak terdapat banyak pohon disana, memang tidak bisa dikatakan gundul karena nyatanya terdapat banyak rumput dan alang-alang. Selesai sholat Kami melanjutkan perjalanan ke bukit Wonosigro. Motor kami taruh di kuburan yang terletak di kaki bukit dan kami berjalan kaki ke lokasi yang dituju.  Sekitar 1 jam kami  melakukan survey, namun daerah gundul yang terlihat dari jembatan belum sempat di survey, kami hanya meninjau lokasi dibalik bukit sebelah utara. Kami berjalan menyusuri jalan setapak yang banyak terdapat pohon pandan berduri di sekitarnya. Terkadang kami juga harus membuat jalan setapak sendiri karena memang tidak ada jalan disana.
Di ujung timur daerah yang kami survey terdapat daerah yang agak gundul, pohon kayu keras sepeti jati, sengon, dan alba tidak tumbuh dengan baik disana, tanahnya berupa tanah liat berwarna merah. Waktu itu kami menduga tanaman tidak tumbuh dengan baik karena tidak adanya perawatan, rumput liar mengganggu pertumbuhannya. Akhirnya kami berdiskusi disana dan memutuskan untuk mengadakan reboiosasi di daerah ini. Setelah itu kami pun berniat pulang.
Dalam perjalanan pulang, kami tidak melewati jalur keberangkatan, tetapi melanjutkan perjalanan kearah utara untuk menemukan suasana baru sambil meninjau lokasi yang kira-kira bisa dijadikan tempat untuk reboisasi berikutnya. Dan benar saja, kami melalui pekarangan salah satu peserta survey yang bisa ditanami, maka lahan pun di ukur luasnya untuk memperkirakan berapa jumlah bibit pohon yang dibutuhkan ditanam di lahan tersebut. Selesai pengukuran kami pulang melewati rumah salah satu perserta survey, kami hanya mampir sebentar terus pamitan pulang.
Ada peristiwa menarik disana, dimana sebenarnya banyak dari peserta survey yang kehausan dan mungkin juga kelaparan karena kami memang tidak membawa bekal makanan dan minuman. Ketika kami mampir sebenarnya ditawari untuk minum, tetapi karena aku sendiri tidak begitu haus dan ada peserta yang ingin cepat pulang apalagi waktu sudah agak sore, maka tawaran itu kami tolak dengan halus. Ternyata peserta lain menggerutu karena aku menolak ditawari minum, haha… Maklum lah aku sedang mengajak mereka benar-benar survive tanpa makan dan minum biar jadi orang yang tangguh hehehe... Akhirnya kami pun melanjutkan perjalanan untuk mengambil motor di pekuburan dan pulang ke rumah masing-masing.
Yah… survey yang melelahkan, tak terduga, tanpa rencana, tanpa persiapan, tanpa perbekalan, namun bisa juga terlaksana dengan baik. Kami pun pulang dengan mengantongi tempat-tempat yang siap direboisasi. So… reboisasi siap delaksanakan kemudian…





1 komentar:

survey yang melelahkan

Posting Komentar


hit counter

Label

Pengikut Blog