Metamorforce

The Guard of Nature

Oleh Indra YY


Setelah selesai persiapan reboisasi pada hari Minggu tanggal 6 Januari 2013, maka beberapa hari kemudian pengurus komunitas dan pembina berkumpul untuk mengadakan evaluasi pada kegiatan tersebut. Dari hasil evaluasi didapat fakta bahwa lahan yang akan ditanami sangat luas, sementara semak belukar dan rerumputan baru dibersihkan tidak lebih dari 10% lahan, lubang yang dibuat juga tidak lebih dari 80 lubang. Hal ini terjadi karena para anggota banyak yang tidak membawa alat terutama sabit untuk membersihkan rumput dan semak belukar, sementara untuk pembuatan lubang juga kurang maksimal karena tenaga yang ada memang tidak mencukupi. Tentu hal ini sangat kurang memadai mengingat luas lahan yang ada, apalagi jika lahan reboisasi dilihat dari jarak jauh, tentu hasil reboisasi tidak terlihat sama sekali, sementara Minggu tanggal 13 Januari, bibit tanaman harus segera di tanam karena bibit sudah dibeli dari penyedia bibit. Akhirnya diputuskan bahwa kegiatan tanggal 13 difokuskan pada pembersihan rumput dan semak disekitar lubang yang sudah dibuat dan membuat lubang tambahan menjadi 120 lubang. Dan karena luasnya area yang akan di reboisasi, maka kegiatan akan dilangsungkan sampai sore hari.
Hari Sabtu siang tanggal 12 Januari para anggota dikumpulkan untuk diberi penjelasan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan esok harinya. Dalam pertemuan tersebut ditekankan bahwa kegiatan utama adalah membersihkan rumput dan semak, pembuatan lubang, dan penanaman bibit. Semua peserta harus membawa alat pancong/cangkul dan sabit, serta membawa bekal minuman dan makan siang mengingat kegiatan akan dilaksanakan sampai sore. Peserta yang diundang juga ditambah karena memang kegiatan membutuhkan tenaga lebih banyak.

Sementara itu pengurus mempersiapkan perlengakapan untuk reboisasi seperti pupuk, kompos, dan bibit. Kompos diambil dari salah satu peserta untuk langsung dibawa ke lokasi reboisasi pada hari - H pelaksanaan, sementara bibit diambil pada sore itu juga di Adimulyo dengan mencarter motor Viar bak terbuka diiringi oleh sekitar 7 pengurus Metamorforce. Bibit yang dibeli adalah Jati Putih sejumlah 80 batang, dan 40 batang bibit Alba. Saat itu kami mengira bibit sebanyak itu hanya bisa diangkut dengan angkutan besar. Namun setelah bibit dinaikkan ke motor viar terlihat bibit sangat sedikit disbanding bak motor yang tersedia sehingga jika bibit dibawa dengan motor menggunakan karung plastik pun bisa.  Setelah semua siap, bibit diangkut ke Wonosigro dan dititipkan ke rumah salah satu kerabat anggota yang dekat dengan lokasi reboisasi.

Tibalah saat yang ditunggu-tunggu yaitu pelaksanaan reboisasi hari Minggu tanggal 13 Januari. Pagi hari Jam 07.30-an sudah banyak anggota yang berkumpul di perempatan obwis Benteng Van Der Wijk menunggu rekan lain yang belum datang.  Sementara itu beberapa anggota lain sudah menunggu disekitar lokasi reboisasi. Setelah semua anggota dirasa cukup berkumpul di Benteng, akhirnya anggota berangkat bersama menggunakan motor seadanya, beberapa anggota lain berjalan kaki atau naik sepeda sampai ada anggota yang mempunyai motor menjemput di perjalanan.
Sesampainya di markas tempat berkumpul, terlihat bahwa peserta kali ini lebih banyak dibanding peserta reboisasi sebelumnya. Setelah dirasa cukup berbasa-basi dengan tuan rumah dan sesama peserta, maka bibit tanaman dibawa ke lokasi reboisasi menggunakan karung plastik beserta kompos yang dibawa salah satu peserta. Awalnya repot juga membawa 120 batang tanaman menggunakan beberapa karung plastik, khawatir batang jadi patah atau daun rusak, tapi mau bagaimana lagi, walaupun agak susah akhirnya bibit bisa dibawa semua ke lokasi reboisasi dengan berjalan kaki oleh beberapa peserta. 
Sekitar pukul 08.30 kegiatan dimulai dengan terlebih dahulu membagi peserta menjadi beberapa kelompok. Ada kelompok yang bertugas mengukur jarak antarlubang, ada yang bertugas menanam bibit, ada yang bertugas membuat lubang baru, dan ada yang bertugas membabat semak belukar dan rerumputan.  Semua peserta terlihat antusias mengikuti kegiatan, walaupun ada juga peserta yang tidak membawa alat, namun tetap membantu sebisanya. Pada awalnya beberapa peserta memang terlihat canggung karena tidak pernah terlibat dalam kegiatan seperti ini, maka mereka pun harus dipandu bagaimana cara membuat lubang , bagaimana cara menanam, bagaimana mengukur jarak antar tanaman, dan sebagainya.
Setelah beberapa saat terlihat bahwa kompos dan pupuk kandang tersedia masih kurang mencukupi mengingat lubang yang dibuat lebih banyak, padahal rumput yang telah dibersihkan juga telah dimasukkan ke dalam lubang sebagai kompos. Akhirnya kami memutuskan untuk menambah pupuk lagi dari anggota yang mempunyai sapi dirumahnya.  Diutuslah 6 orang untuk mengambil pupuk kandang tersebut. Sementara anggota lain melanjutkan kegiatan seperti semula.

Pada kegiatan menanam bibit diputuskan bahwa bibit Alba ditanam di tepi lahan sebelah barat, hal ini dilakukan mengingat Alba mempunyai konstruksi tanaman yang lebih besar dan memerlukan lahan lebih luas dibanding jati putih, sementara jati putih hanya memerlukan jarak 3 m antar tanaman. Sebenarnya bibit alba yang didapat tidak begitu baik, batangnya kecil, daunnya banyak yang rontok, dan terlihat kurang sehat, namun kami berpikir kalau tanaman ini cocok dengan lingkungan dan dirawat dengan baik, pasti nanti akan menjadi gemuk dan sehat. 
Sekitar jam 09.30 terlihat beberapa peserta sudah mulai terlihat kelelahan, sebagian bahkan sudah beristirahat di bawah rimbunan pohon di sebelah barat lokasi reboisasi sambil minum dan makan makanan kecil yang dibawa. Memang  suasana saat itu sangat panas, sinar matahari menyengat, langit cerah seolah tidak berawan, angin tidak bertiup, membuat keringat mengalir dengan deras, padahal malam sebelumnya hujan deras. Ujian yang berat buat para peserta reboisasi.
Semak belukar yang telah dibabat dikumpulkan di bagian bawah lokasi reboisasi untuk dibakar dan dijadikan kompos. Peserta memang ada yang diberi tugas membawa korek api, namun ada peserta yang lupa tidak membawa spirtus, akhirnya beberapa peserta harus membeli spirtus di toko besi. Begitu spirtus datang, maka proses pembakaran pun dimulai. Namun malang, spirtus baru dipakai membakar sekali api langsung menyambar dan membakar bungkus spirtus, akhirnya spirtus dilemparkan dan terbakar ditanah sampai habis. Proses pembakaranpun tetap dilanjutkan tanpa menggunakan spirtus. Pada saat proses pembakaran terlihat asap membumbung tinggi dan mengenai bibit yang baru ditanam, tentu ini membahayakan, bibit bisa layu. Ini terjadi karena rumput dan semak-semak masih basah sehingga tidak langsung terbakar, yang ada hanyalah asap. Proses reboisasi pun bertambah berat dengan adanya serangan asap. Mata pedih, berair, dan hidung juga berair.
Sekitar pukul 10.00 semakin banyak peserta yang telah kehilangan daya, dan telah beristirahat, apalagi ada yang sudah beristirahat lama, terutama peserta perempuan. Tenaga yang ada seharusnya bisa dimaksimalkan, mumpung pesertanya banyak karena lubang yang dibuat masih kurang. Akhirnya, setelah minum dan beristirahat sejenak, semangat mereka aku pompa lagi, mereka aku minta melanjutkan pekerjaannya sampai selesai. Dengan tenaga seadanya dan mungkin dengan perasaan berat mereka akhirnya bangkit lagi meneruskan pekerjaan semula.
Sampai akhirnya sekitar pukul 11.30 semua peserta beristirahat. Bekal minuman dan makanan pun di buka oleh masing-masing peserta. Sebagian dari mereka saling ingin mengetahui bekal apa yang dibawa oleh rekannya. Kalau ada jenis lauk atau sayuran yang asing mereka bertanya nama dan siapa pembuatnya. Dengan menggunakan daun pisang semua makanan yang dibawa disatukan. Peserta duduk mengitari daun pisang dan makan bersama. Ada juga peserta yang tidak membawa makanan, namun karena sempitnya area makan, dia tidak mendapat tempat duduk sehingga tidak bisa makan bersama. Suasa saat itu kami seperti petani yang sedang kelaparan.
Setelah selasai makan dan minum kami pun menugaskan peserta perempuan yang sedang berhalangan sholat untuk menunggu proses pembakaran rumput dan semak agar habis terbakar dan tidak merembet ke daerah lain. Sementara peserta lain menuju daerah bawah untuk melaksanakan sholat dzuhur. Tempat yang dituju adalah sekitar sumber mata air di bawah lokasi reboisasi, dan kamipun berduyun-duyun menuju kesana. Sesampainya disana ternyata mata air yang kami tuju sangat sulit dijangkau untuk mengambil wudlu karena mata air berada dibawah seperti sumur sementara disitu tidak terdapat timba. Awalnya kami kebingungan juga, alas untuk sholat sudah ada (menggunakan mantel hujan), tapi kalau tidak ada air wudlu kan percuma... Akhirnya diputuskan sholat dilaksanakan di rumah terdekat dari lokasi reboisasi (rumah penajaga orang yang dipercaya untuk menjaga lahan yg digunakan untuk reboisasi), dan kami pun menuju kesana.
Kami menemui pemilik rumah meminta ijin untuk sholat dirumahnya. Setelah diberi ijin, kami pun mengambil air wudlu dari slang yang mengalirkan air ke rumah-rumah penduduk, kamu wudlu secara bergantian karena slang yang tersedia hanya satu sehingga sangat lama. Sebagian yang lain tidak sholat disitu, tetapi menuju ke rumah penduduk dibawahnya. Peserta laki-laki sholat terlebih dahulu karena tempat sholat sempit dan hanya muat untuk 1 orang imam dan 3 makmum. Sholat dzuhur dan Ashar kami jamak karena kami pikir kegiatan ini akan dilangsungkan sampai sore. Sholat dilaksanakan sampai tiga shift.
Pada saat shift ketiga sedang melakukan sholat, tuan rumah menyediakan air putih dan makanan ringan untuk kami. Sebenarnya kami sungkan juga karena telah merepotkan tuan rumah, tapi mau bagaimana lagi, tuan rumah sudah menyediakannya, kan tidak boleh ditolak, begitu pikirku. Setelah semua selesai sholat, kami pun menikmati hidangan yang telah disediakan tuan rumah. Ternyata banyak peserta yang suka makanan kecil yang disediakan tuan rumah sampai akhirnya tuan rumah pun mempersilahkan makanan untuk dibawa. Setelah semua dirasa cukup, kamipun berpamitan untuk melanjutkan pekerjaan lagi.
Sesampainya di lokasi reboisasi, kami mendapat laporan bahwa rumput dan semak telah habis dibakar, tentu saja kami senang karena itu berarti kami punya tambahan kompos dan pekerjaan kami tidak terganggu oleh asap lagi. Tetapi ada juga laporan bahwa sebelumnya ada seorang ibu datang ke lokasi reboisasi karena  melihat ada asap membumbung tinggi, beliau mengira telah terjadi kebakaran. Sang ibu pun memperingatkan pada yang ditugasi membakar rumput agar jangan sampai terjadi kebakaran. 
Kegiatan pun dilanjutkan, saat itu sempat turun gerimis, walaupun sebentar, namun lumayan juga membuat udara jadi tidak terlalu panas. Sampai pukul 14.30, sebagian besar peserta sudah benar-benar tidak bedaya, capek, dan mungkin mengantuk. Melihat hal ini, dengan tenaga seadanya dan beberapa peserta yang masih bertahan, kami segera menanam bibit pada lahan yang ada walaupun belum bersih dari rumput dan semak karena tenaga pembersih rumput sudah tidak ada yang bekerja, sementara bibit masih banyak yang belum ditanam.
Sekitar pukul 15.00 akhirnya 120-an bibit telah kami tanam dari 140 bibit yang kami bawa. Kami merasa lega karena kegiatan hari itu telah selesai dilaksanakan. Kami pun beristirahat sejenak, makan dan minum seadanya dari bekal yang masih tersisa. Badan terasa sangat lelah, letih, dan capek. Tapi walaupun begitu sebenarnya kami puas karena penanaman bibit telah mencapai target yang telah ditetapkan. Setelah istirahat dirasa cukup, kami pun meninggalkan lokasi reboisasi untuk kembali ke markas tempat berkumpul. Bibit yang belum ditanam diberikan pada peserta yang membutuhkannya.
Memang sudah 120-an bibit telah kami tanam, namun daerah yang kami tanam tidak lebih dari 20% lahan yang ada. Jadi lahan yang perlu kami reboisasi masih sangat luas, padahal lahan yang tersisa adalah lahan yang ditumbuhi rumput dan semak yang lebih lebat dari lahan yang telah ditanami. Hal ini tentu memerlukan penanganan yang lebih maksimal dibanding sebelumnya dan membutuhkan tenaga lebih banyak untuk mempercepat reboisasi mengingat musim tanam tinggal dua bulan lagi. Akhirnya reboisasi lanjutan ditempat yang sama adalah agenda kegiatan kami berikutnya. 

(Kisah sebelumnya tentang persiapan reboisasi 1 dapat dibaca disini)

0 komentar:

Posting Komentar


hit counter

Label

Pengikut Blog