Metamorforce

The Guard of Nature

Oleh Indra YY


Sebagai komunitas yang peduli akan kelestarian alam dan lingkungan, kita patut prihatin dengan keadaan alam di sekitar kita akhir-akhir ini. Kerusakan alam terjadi di seluruh belahan bumi kita baik didarat, di air, maupun di udara. Semuanya berawal dari perbuatan manusia yang serakah. Tidak dipungkiri bahwa Manusia memang diciptakan Allah SWT sebagai khalifah dimuka bumi. Sebagai khalifah manusia diperbolehkan memanfaatkan alam beserta isinya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun bukan berarti manusia bebas memanfaatkan alam secara liar dan membabi buta yang justru akan mengakibatkan rusaknya alam. Kerusakan alam yang terjadi akhir-akhir ini diantaranya adalah:




Penebangan hutan yang tak terkendali dengan dalih memperluas areal perkebunan atau memenuhi kebutuhan industri dan perumahan, akibatnya areal hutan semakin berkurang, menurut data tahun 2003 luas hutan Indonesia sekitar 110,0 juta hektar dan di tahun 2005 hanya tinggal 93,92 juta hektar (http:\\ id.wikipedia.org). Penambangan emas di Papua oleh PT Freeport yang merusak ekosistem sungai dan laut karena PT Freeportmembuang tailing dengan kategori limbah B3 (Bahan Beracun Berbahaya) melalui Sungai Ajkwa, limbah ini telah mencapai pesisir laut Arafura (http://kaskusnews.us). Rusaknya terumbu karang akibat penangkapan ikan menggunkan bom, menurut P3O-LIPI (http://kaskusnews.us) terumbu karang yang hancur lebur mencapai hampir 50 persen, sedangkan yang masih sangat baik tinggal 6,2 persen. Perkembangan industri yang begitu pesat, telah mengganggu keseimbangan gas karbon dioksida di udara. Pembakaran minyak tanah, bensin, solar, batu bara, untuk menggerakkan pabrik-pabrik. Demikian pula kendaraan bermotor yang menggunakan bensin atau solar sebagai bahan bakar, pembakaran lahan dan kebakaran hutan, dan tain-lain, telah menambah jumlah karbon dioksida (CO2) di udara, inilah yang memicu terjadinya pemanasan global (global warming), dan masih banyak lagi kerusakan yang lain.

Akibat langsung dari eksploitasi secara berlebihan ini adalah rusaknya bumi beserta isinya, sehingga alam kehilangan keseimbangannya. Fakta yang dikemukakan diatas baru di satu negara saja yaitu Indonesia, belum lagi di negara-negara lain, seperti polusi udara yang ditimbulkan oleh pabrik-pabrik di negara industri, limbah-limbah industri yang dibuang ke sungai, dsb,betapa parahnya kerusakan alam ini. Padahal Allah sudah memberi peringatan dalam surat Al A’raaf ayat 56: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya”.
Atau ancaman Allah dalam surat Ar Ruum ayat 41: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatanmereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.

Tidak mengherankan jika akhir-akhir ini kita sering dilanda bencana alam yang berupa banjir, gempa bumi, kekeringan, badai, tanah longsor, dsb, karena memang alam benar-benar telah kehilangan keseimbangannya. Sementara kita sebagai umat Islam masih belum menyadari bahwa kewajiban kita sebagai khalifah adalah menjaga kelestarian bumi ini, kita bahkan masih menganggap ringan amanah yang diberikan oleh Allah ini sehingga kita sering melalaikannya. Bahkan boleh jadi orang-orang non muslim lebih peduli terhadap kelestarian alam dibandingkan kita (mereka banyak mendirikan LSM yang peduli lingkungan seperti WWF, Greenpeace, dsb), padahal mereka tidak tahu bahwa Allah telah mengancam para pembuat kerusakan di bumi, sedangkan kita yang telah membaca berulang-ulang peringatan Allah tersebut justru tidak tergerak hatinya, Na’udzubillaah.

Irkham (dalam cetak.bangkapos.com) mengemukakan bahwa banyak orang Islam yang lalai dengan kewajiban menjaga kelestarian bumi ini tidak sebagaimana kelalaian atas kewajiban  menjalankan shalat, puasa, zakat dan kewajiban ‘ubudiyah lainnya. Artinya banyak umat Islam yang lebih takut jika melanggar perintah shalat, puasa, zakat dan hal-hal ‘ubudiyah lainnya,  namun menganggap ringan pelanggaran pada perusakan alam ini. Padahal menjaga kelestarian bumi ini termasuk aspek muamalah (sosial-teologis), artinya kelalaian pada aspek muamalah ini bukan hanya berakibat pada azab di akhirat saja seperti halnya shalat, puasa, zakat dan sebagainya, namunkelalaian ini akan berakibat ganda yaitu azab di dunia dan azab diakhirat seperti diisyaratkan oleh Allah dalam QS Ar Ruum ayat 41 diatas.

Sudah seharusnya kita sebagai umat yang beriman merenung dan introspeksi tentang berbagai bencana yang melanda kita dan saudara-saudara kita akhir-akhir ini. Apakah bencana alam yang menimpa kita adalah azab kita di dunia? Akankah nanti di akhirat kita akan menerima azab lagi dikarenakan kita melalaikan amanah yang diberikan Allah berupa bumi seisinya ini?
Astaghfirullah, sudah seharusnya kita segera sadar bahwa menjaga kelestarian bumi adalah kewajiban kita sebagai khalifah, sudah seharusnya kita segera bangkit menjaga bumi seisinya ini dari kerusakan yang mengancam, sudah seharusnya kita sebagai seorang mukmin menjadi pioner pada usaha pelestarian alam ini.

Sebagai seorang muslim bagaimanakah peranan kita dalam upaya pelestarian alam ini? Menjaga kelestarian alam bukan hanya sekadar aktivitas keduniawian semata, tetapi lebih jauh itu yaitu melaksanakan kewajiban kita sebagai khalifah yang harus menjaga amanah dari Allah yang dititipkan kepada kita berupa bumi seisinya ini. Sudah seharusnya kitalah yang menjadi pioneer upaya pelestarian alam ini karena Allah yang telah memerintahkan kita terlebih dahulu melalui Alqur’an. Namun kenyataannya mengapa justru kita tertinggal dari umat lain? Bahkan boleh jadi sampai saat ini banyak umat Islam yang tidak memahami akan arti penting menjaga kelestarian alam ini.
(Bersambung) 



0 komentar:

Posting Komentar


hit counter

Label

Pengikut Blog