Metamorforce

The Guard of Nature

Oleh Indra YY




       Susur pantai Cilacap ini merupakan kegiatan hiking ketiga yang diadakan oleh para pengurus Metamorforce dan merupakan kegiatan susur pantai yang pertama kali diadakan oleh pengurus periode 2013-2014. Kegiatan yang dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 17 Desember 2013 ini telah dirancang beberapa minggu sebelumnya setelah para anggota yang mayoritas siswa di salah satu sekolah telah selesai mengikuti test semester. Tepat dua hari sebelum pelaksanaan yaitu hari Sabtu tanggal 14 Desember para peserta telah di briefing secukupnya untuk mempersiapkan fisik dan mental serta pembekalan tentang teknis pelaksanaan kegiatan ini. 
       Tanggal 17 pagi, tibalah saatnya kegiatan ini dilaksanakan. Pukul 07.00 sebagian besar peserta susur pantai sudah menunggu truk yang akan mengangkut mereka ke tempat pemberangkatan di Cilacap. Truk telah dipesan jauh hari sebelumnya melalui sesorang peserta yang kebetulan ayahnya akan membawa truk tersebut ke Cilacap dengan ongkos yang telah disepakati sebelumnya. Besarnya ongkos carter ini kemudian dibagi rata untuk semua peserta.
       Sekitar pukul 07.30 truk datang, kemudian seluruh peserta diangkut menuju cilacap melalui jalur Gombong – Ijo – Demangsari – Ayah – Nusawungu – Adipala – Cilacap. Jalur ini dulunya dilalui bus angkutan Cilacap - Kebumen via Jetis, namun saat ini angkutan ini tidak lagi beroperasi. Jalur ini sedikit banyak sudah familier dengan beberapa peserta yang pernah mengikuti susur pantai 2, karena jalur ini dilalui pada saat pulang dari pantai Widara Payung menuju Gombong. Sesampainya di jembatan sungai Serayu kami pun turun dan memulai perjalanan. Sebenarnya tujuan awal Kami untuk memulai susur pantai adalah Teluk Penyu, namun karena disebelah timur teluk penyu terdapat sungai Serayu akhirnya perjalanan akan dimulai dari sebelah timur sungai Serayu.

       Dari jembatan tersebut kami mulai mencari jalan menuju pantai karena diperkirakan pantai berjarak 1 km dari jalan raya. Tentunya tidak lucu kalau acara susur pantai tetapi jalan kaki tidak melalui pantai. Dan benar saja, ternyata jalan menuju pantai sangat jauh, tidak seperti dugaan kami. Jalan menuju pantai tidak lurus ke selatan menyusuri sungai Serayu, tapi belok kekiri ke arah timur. Didepan kami menghadang sebuah kawasan PLTU yang sangat luas, menaranya menjulang tinggi. Kami mengira bisa menyusuri pantai melalui sebelah barat PLTU, hal itu diperkuat dengan informasi dari warga. Namun kenyataannya setelah kami sampai di dekat pantai sebelah barat PLTU, seorang pegawai PLTU mengatakan bahwa hal itu tidak memungkinkan karena kawasan PLTU dibatasi oleh pagar sampai pantai, pantai yang bisa dilewati hanya sebelah timur PLTU. Akhirnya dengan sedikit perasaan kecewa kami harus kembali mengitari PLTU untuk menuju pantai disebelah timur PLTU. 
   Akhirnya setelah berjalan mengitari PLTU, sekitar pukul 10.00 pantai yang dimaksud pun ketemu. Rasa lelah, capek, dan sedikit kecewa karena telah menempuh jalur yang salah sedikit terobati begitu kami sampai di pantai. Kami pun beristirahat sejenak, makan, berfoto-foto, dan bermain di pantai secukupnya. Setelah dirasa cukup susur pantai pun dimulai.

       Sekitar dua jam kami menyusuri pantai, perjalanan kami terhenti sejenak karena didepan kami menghampar sungai yang lebarnya sekitar 12 – 15 meter. Tidak mungkin kami menyeberangi sungai tersebut tanpa perahu. Untung saja ada perahu nelayan yang sedang menganggur. Kamipun menyewanya dengan ongkos yang telah disepakati. Perahu kecil yang hanya memuat maksimal 6 orang itu terpaksa kami sewa untuk mengantar dan menjemput kami yang berjumlah sekitar 34 orang.

         Dari tukang perahu tersebut kami diberitahu bahwa sungai tersebut dalamnya dalamnya mencapai 3 meter.  Sementara itu arus sungai sangat menghawatirkan kami yang tidak biasa naik perahu, apalagi perahu yang kami naiki selain kecil juga tidak memiliki pelampung di kanan dan kiri, goyangannya membuat beberapa dari kami menjerit ketakutan. Bisa dibayangkan betapa bahayanya jika kapal oleng dan penumpangnya tercebur ke suangai. Alhamdulillah semua penumpang berhasil menyeberang dengan selamat.
      Diseberang sungai terdapat goa yang lumayan menarik dengan sedikit tebing batu dan perbukitan, disekitarnya juga terdapat warung-warung. Ternyata daerah ini adalah daerah wisata. Daerah ini dikenal dengan nama pantai selok. Walaupun demikian pantai ini tidak begitu terkenal di Cilacap seperti pantai Srandil atau Widara Payung. Pengunjungnya juga tidak terlalu banyak, hal ini juga mengakibatkan banyak warung yang tidak terawat atau bahkan ditinggal oleh pemiliknya.
       Di lokasi ini kami beristirahat sejenak, sholat, makan, kemudian melanjutkan perjalanan. Mengingat waktu yang sudah menunjukkan pukul 14.00 kami memutuskan untuk menyudahi kegiatan susur pantai. Kami harus segera berjalan menuju jalan raya untuk mencari mobil/truk tumpangan yang menuju ke arah Gombong.
        Akhirnya kami pun sampai pada jalan yang kami tuju. Jalan ke barat menuju terminal Adipala dan ke timur menuju Ayah. Kami berhenti di pertigaan, menunggu truk kosong yang menuju ke arah timur, seperti biasa kami berniat menumpang truk secara gratisan, atau istilahnya ndayak... Disaat menunggu itulah ada seseorang yang menawari kami untuk ke terminal Adipala untuk minta di jemput bus ¾ menuju Gombong dengan ongkos tertentu, namun banyak peserta yang menolak hal tersebut dan ingin menikmati perjalanan dengan cara naik truk gratisan.

       Setelah beberapa lama kami menunggu, truk kosong belum juga muncul, akhirnya kami memutuskan untuk berjalan ke arah timur sambil menanti truk lewat. Entah berapa lamanya kami berjalan truk itu belum juga muncul. Truk banyak yang lewat tetapi tidak mau berhenti membawa kami karena sedang membawa muatan atau memang tidak menuju Ayah. Sampai akhirnya kami kecapekan, banyak peserta yang sudah tidak kuat berjalan. Banyak yang menggerutu kenapa tadi tidak naik bus saja, dan sebagainya. Namun seperti biasa bagi anggota Metamorforce dilarang menyesali keputusan yang sudah dibuat, semuanya harus dinikmati. Anggap saja perjalanan ini sebagai latihan fisik.
       Setelah beberapa kali beristirahat, ada kendaraan yang baik hati mau membawa kami, walaupun tidak sampai Ayah. Hal ini terjadi tiga kali sampai akhirnya truk terakhir yang membawa kami akan menuju ke Karangduwur, jadi kami pun harus turun di Pasar Ayah untuk mencari tumpangan lagi. Sekitar pukul 17.30 kami sampai di Pasar Ayah, begitu turun dari truk ada mobil box di belakang kami menawarkan diri membawa kami sampai Gombong, kami pun naik mobil boks tersebut. Bisa dibayangkan 34 orang naik dalam mobil boks, udara di dalam terasa sangat pengap dan membuat yang didalam sulit bernafas.
      Benar saja, sekitar waktu maghrib di daerah Bumiagung, ada beberapa peserta yang pingsan, akhirnya kami turun. Kami tidak mungkin lagi naik mobil box tersebut. Kami duduk-duduk di pinggir jalan, beberapa peserta bahkan rebahan, kami terlihat seperti pengungsi atau bahkan seperti gelandangan. Beberapa peserta panik, bahkan ada yang menangis dan mengadu tentang keadaannya pada keluarganya. Dengan bekal pengobatan seadanya kami berusaha menyembuhkan peserta yang pingsan, dan ternyata itu berhasil, peserta yang pingsan sudah siuman. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan akhirnya kami mengontak truk yang membawa kami saat berangkat. Setelah menunggu beberapa saat truk itupun datang, dan kami pulang ke arah Gombong. Sekitar jam 19.30 selesai sudah kegiatan susur pantai hari itu dengan membawa jutaan pengalaman dan kenangan selama perjalanan. Alhamdulillah...

0 komentar:

Posting Komentar


hit counter

Label

Pengikut Blog